Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Sisa Gelondongan, Saksi Bisu Murka Alam

Jumat, 28 November 2025 | November 28, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-11-28T06:52:34Z



Penulis : Dodi Indra


G-Trendy | Di tepi aliran Batang Kuranji yang keruh kecokelatan, batang-batang kayu gelondongan tersangkut, terdampar di antara lumpur yang menyelimuti badan jalan . Seolah menjadi saksi bisu atas perjalanan panjang dari hulu ke hilir, perjalanan yang tidak seharusnya mereka tempuh, andai hutan di hulu masih berdiri tegak seperti dulu.


“Setiap kali banjir datang, selalu saja ada kayu besar hanyut,” ujar warga yang tinggal dekat dengan bantaran sungai, sambil menunjuk batang kayu yang tersangkut di jembatan gantung. “Entah dari mana asalnya. Tapi yang jelas, itu bukan dari sini.”


Pernyataan warga itu menggambarkan potret buram hubungan manusia dengan alam. Sungai bukan lagi sekadar saluran air kehidupan, melainkan juga jalur bagi sisa kerakusan manusia, potongan-potongan kayu yang terbawa arus deras, tanda-tanda kecil dari luka besar di hulu.


Banjir, longsor, dan badai kini melanda hampir seluruh kabupaten dan kota di Sumatera Barat. Dari data terkini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sumbar, setidaknya 21 jiwa telah menjadi korban dari bencana beruntun ini. Namun di balik angka itu, ada pertanyaan yang menggema, apakah ini sekedar bencana alam, atau teguran halus dari Sang Pencipta?


Para ahli lingkungan menyebut, perubahan tutupan hutan di kawasan hulu semakin memperburuk daya tampung alam terhadap curah hujan ekstrem. Tanah yang dahulu menyerap air kini menjadi keras dan tak lagi ramah. Sementara di hilir, warga menanggung akibatnya, rumah terendam, sawah tertimbun lumpur dan air bah membawa cerita pilu dari satu daerah ke daerah lain.


Di antara tumpukan kayu dan lumpur yang menutupi jalan desa, seorang anak kecil memungut ranting yang hanyut, menjadikannya mainan sederhana. Sebuah simbol kecil dari ketahanan manusia di tengah murka alam dan mungkin juga pengingat, bahwa setiap batang kayu yang hanyut membawa pesan tentang apa yang telah kita abaikan.


Alam, tampaknya, sedang berbicara dengan cara yang paling lantang: melalui amarahnya.


Tag Terpopuler

×
Berita Terbaru Update